Pagi ini, aku berada di sebuah kelas yang dari dulu aku idamkan. Kelas pasca sarjanaku. Seminggu setelah malam-malam yang sulit, masih tergenggam sebuah undangan pernikahan yang sangat menyayat hati. Sungguh sakit membaca nama pengantin lelakinya. Aku tidak mengindahkan perkataan dosenku. Tapi sayangnya, aku masih terlalu sadar untuk mendengarkannya sambil menilik ke masa lalu bahwa ini adalah impianku. Aku harus meninggalkannya, masa lalu yang kuanggap sebagai penghalang mimpi-mimpiku.
Aku masih menyimpan sebuah luka. Dia menggantungkan hidupku selama dua tahun. Ketika itu, aku dan dia sama-sama duduk di bangku sekolah menengah atas. Kami saling suka, tanpa kami saling mengetahui rasa indah itu. Kami dekat saat itu, tanpa tahu apa yang ada di dalam hati ini. Aku tahu dia menyayangiku bukan sekedar sebagai teman biasa. Begitupun sebaliknya, dia juga merasakan hal yang sama. Kami tidak perlu mengungkap rasa suka kami, cukup dengan sebuah tatapan. Aku dan dia tahu segalanya.
Namun, sebuah hari ketika aku harus mengejar impian untuk kuliah di luar kota, dia tetap di kota dimana kami merajut kasih. Kami terpisah jarak yang tidak dekat. Lambat laun dia menarik diri. Sampai sekarang aku tidak tahu apa alasannya. Aku pun sibuk dengan dunia perkuliahanku sendiri. Ahh, kenangan itu masih saja segar di pagi ini sampai-sampai aku tidak sadar kalau kelas sudah selesai.
Di luar sangat dingin. musim penghujan seminggu yang lalu telah tiba. Gerimis menyelimuti lingkungan kampusku. Aku membetulkan jaketku. Aku merasa seseorang memperhatikanku. Seseorang itu berada di ujung pintu keluar gedung berdiri tegak. Aku menatapnya sangat lama. 'Apa aku bermimpi?' batinku. Orang itu yang selama ini membuat hatiku tidak karuan. Orang itu ada di depanku untuk pertama kalinya semenjak bertahun-tahun menarik diri dariku. Kakiku melemas untuk melangkah. Dia datang kesini entah apa tujuannya.
bersambung....
saturday morning
09112013
7.58 AM
Komentar
Posting Komentar